Sultan Zainal Abidin, Simbol Perjuangan Irian Barat dari Kesultanan Tidore
Tidore, Exposedaily.id – Nama Sultan Zainal Abidin Alting, Sultan Tidore ke-28, tercatat dalam sejarah sebagai salah satu tokoh penting di balik perjuangan pembebasan Irian Barat dari cengkeraman kolonial Belanda. Ia bukan hanya pemimpin adat Maluku, tetapi juga simbol kekuatan sejarah lokal yang diakui dalam perjuangan nasional.
Dilantik sebagai Sultan pada tahun 1947, Zainal Abidin secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap Republik Indonesia. Dukungan itu diperkuat dengan penunjukan dirinya oleh Presiden Soekarno sebagai Kepala Daerah Irian Barat pada 23 September 1956, meskipun wilayah tersebut secara de facto masih dikuasai oleh Belanda.
“Tanah Papua adalah bagian dari tubuh Indonesia, sebagaimana ia adalah bagian dari sejarah Tidore,” ucap Sultan Zainal Abidin dalam pidatonya di Soasio.
Penunjukan ini menjadi langkah simbolik yang kuat, menggabungkan sejarah kekuasaan Kesultanan Tidore atas wilayah Papua sejak abad ke-17 dengan perjuangan modern kemerdekaan Indonesia.
Sebagai pejabat simbolik atas Irian Barat, Sultan Zainal Abidin aktif melakukan diplomasi di Maluku dan Papua untuk memperkuat klaim Indonesia, baik secara historis maupun politis. Perannya diakui sebagai bagian dari strategi nasional untuk memenangkan diplomasi internasional terkait sengketa Papua.
Perjuangan ini berbuah hasil dengan dimulainya Operasi Trikora tahun 1961, yang dilanjutkan dengan penyerahan Irian Barat ke Indonesia melalui UNTEA pada 1 Mei 1963. Sultan Zainal Abidin wafat tahun 1967 dan dikenang sebagai tokoh pejuang integrasi nasional dari Indonesia Timur.

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now